Senin, 02 April 2018

MENYESAL DANG MENGANDAI

ini adalah cerita tentang pengandaian dan penyesalan.
yang datang beriringan.
tak pernah salahsatunya tertinggal atau lenyap menghilang.

dia, yang kukira selamanya akan ada bersama setiap detik cerita.
menghilang tak kasat mata.
karna kecerobohan yang tak terkira.
yang kini menyisakan derita

menyesal, mengapa dulu dia tak ku jaga
menyesal, mengapa dulu dia tak ku simpan saja, rapat. sampai tak mungkin dia menghilang.
menyesal, mengapa bisa begitu bodohnya diri sampai hilang dia yang berharga.

ah, andai saja..
andai . . .
andai . . . 
mungkin dia masih disini
bersamaku, dalam diriku, menemani senyumku.

selamat tinggal, akan ku kenang dirimu selamanya dalam pengandaian dan penyesalan terdalamku :')

Sabtu, 30 Desember 2017

Dia si Gadis dipersimpangan jalan

Siapa gerangan gadis itu?


Kulihat ada seorang wanita, berlalu tergesa gesa. Lalu sesaat kemudian dia terdiam, menengok dan menyapu pandangan disekitarnya. Kemudian dia berlari lagi dengan cepatnya sampai terdengar bunyi nafasnya.

Kudiam saja, kuperhatikan dia.
Lelah sekali sepertinya dia berlari, dampai terpontang panting sepertinya badan perempuan itu.

Kutatap mukanya penuh keraguan, raut mukanya sedih, marah, bingung dan Takut yang teramat sangat.
Matanya keruh, menahan gemuruh emosi yang ingin pecah menjadi air mata.

Kulihat lagi dia dengan seksama, dia menoleh kearahku, menatapku dengan penuh harap seolah berteriak hatinya memohon agar aku menolongnya.

Lari lagi dia, kali ini dia berlari ke timur. nafasnya mulai memendek, kakinya sudah tak tahan lagi.
Tapi dia Belum Sampai pada tujuannya. lalu dia kembali ke arahku, berlari menuju Barat.

Kutanya dia. "Cari apa kamu?"
lalu dia menjawab, kali ini suaranya parau, hampir tak terdengar.
"aku mencari Aku" dengan putus asa dia menjawab, sembari air mata mengalir dari sudut matanya.

Seketika Tubuhku bergetar. Hatiku berdebar. Kencang. Bagai gemuruh ombak di lautan. Mataku mulai basah, memerah.
Lalu aku menatap Gadis itu sekali lagi.
Satu kali lagi, Terakhir. Sekali saja, ucapku dalam hati.

Gadis itu, yang berlari terengah-engah, kebingungan, setelah ku lihat lagi, ternyata adalah bayanganku dalam cermin.


Minggu, 22 November 2015

Tak punya rumah

Aku kecewa pada mereka yang mengobral janji, menjunjung kata idealisme, bertindak 'sok' pahlawan dan katanya mengagungkan keadilan.
Aku kecewa pada mereka yang duduk disana berjilbab besar berdalih seperti orang alim berbicara bahasa qur'an namun bertindak seperti putus urat malunya.
Sudah aku gantungkan hati dan kujadikan ideologinya sebagai ideologiku. Sudah kujadikan ia sebagai 'role model'ku, sudah juga kujadikan ia sebagai idolaku.
Kecewaku ini rasanya memang pantas. Acapkali kudengar mereka berkata "A" lalu besoknya aku lihat mereka melakukan "Z" begitukah seharusnya orang alim berakhlak?
Salah, memang aku yang salah. Terlalu mudah percaya, terlalu mudah di doktrin.
Salah, salah pula pandanganku terhadap mereka, terlalu mudah aku menilai seseorang hanya karna penampilan saja
Salah, salah ku memang salahku terlalu yakin terlalu semangat dan terlalu cinta pada mereka yang berkoar-koar atasnama keadilan.
Hingga sekarang inilah yg aku rasakan, kehilangan gairah untuk kembali percaya pada mereka-mereka yang berdiri paling depan diantara barisan para demonstran.
Ah hampa.
Memang hampa hidup sebagai mahasiswa yang katanya pilar bangsa namun tak memiliki ideologi untuk ku perjuangkan.
Ideologi ku, dimana kamu berada?

Minggu, 14 September 2014

Pertanyaan



Saya tinggal di sebuah kota kecil yang indah dan asri, udara disana masih sangat segar dan belum dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit. Saya diberi nama yang sangat indah bagai bunga cantik yang sedang mekar dan siap untuk menebar keharuman bagi sekitarnya, nama saya 'ro'. Saya adalah seorang anak yang dilahirkan ditengah keluarga yang prestatif, ayah saya adalah seorang guru sekolah dasar dikota kelahiran saya begitu pula ibu saya, beliau berjuang untuk mencari nafkah sekaligus berjuang untuk memperbaiki kualitas pendidikan bangsa. Ayah dan ibu saya tidak seperti kebanyakan guru (PNS) yang notabennya hidup enak, tidak usah bersusah payah dalam pekerjaannya dan hanya tinggal duduk manis menerima gaji tiap bulanya. Ayah dan ibu saya benar-benar menjalankan profesinya sepenuh hati, tenaga dan pikirannya. “beginilah cara ayah dan ibu menebus gaji agar rejekinya halal dan barokah” ucap ibu saya apabila saya bertanya mengapa ibu bekerja begitu keras sampai tak jarang ibu masuk Rumah Sakit. Saya mempunyai satu orang kakak dan satu orang adik, kakak saya bernama Ramdhan ia adalah orang yang rajin, soleh dan optimis dia adalah sumber inspirasi bagi saya. Adik saya bernama Nabila, ia seorang yang multi talenta dan ia juga dianugerahi bakat yang luar biasa baik dalam bidang seni maupun akademik sehingga tak heran apabila setengah dari banyak piala di rumah kami beratasnamakan adik saya. Saya lahir diantara orang-orang yang luar biasa, saya sendiri adalah orang yang biasa saja, otak pas-pasan, tampang biasa saja, bakat pun rasanya tidak terlalu menonjol. Namun lagi dan lagi saya dituntut keadaan agar saya bisa berprestasi seperti keluarga saya. Tuntutan itu lambat laun menjadikan saya sebagai orang yang memiliki obsesi besar, sejak kecil saya bercita-cita menjadi dokter. Saya belajar dengan giat, saya berdoa dengan sungguh-sungguh namun ternyata Allah memiliki rencana indah yang lain dan menempatkan saya di Fakultas Ilmu Kesehatan di sebuah Universitas swasta. Saat itu saya benar-benar patah arang, saya masih saja tidak rela melepas cita-cita saya untuk menjadi dokter, saya hanya diam mengurung dikamar dan menangis hingga kakak saya datang dan berkata “adikku yang kakak cintai karena Allah, terkadang ketika kita meminta kepada Allah untuk diberikan kupu-kupu yang cantik Allah memberikan kita ulat yang menjiijikan,dan ketika kita meminta bunga yang indah Allah memberikan kita kaktus yang berduri, namun sadarlah suatu saat ulat yang menjijikan itu akan berubah menjadi kupu-kupu dan kaktus berduri itu suatu saat akan memberikan bunga yang tak kalah indahnya, hanya saja kita perlu untuk bersabar menunggu hal yang indah yang pasti Allah berikan karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan semata, kakak percaya adek mampu bersabar dan tetap bersemangat menjalaninya”. Seketika itu saya menangis, saya malu kepada Allah karna sempat meragukan kekuasaanNya dan saya bertekad untuk tetap berjuang dan bersemangat mencari ridho-Nya.
Akhirnya saya menjadi mahasiswa dan menjadi mahasiswa ternyata tak seperti yang saya bayangkan, sangat berbeda sekali dengan di SMA dulu. Ada mahasiswa yang hanya kuliah saja dan langsung pulang (mahasiswa kupu-kupu) dan ada juga mahasiswa yang benar-benar menjadi pilar bangsa, mereka adalah orang yang berjuang dan berdakwah di organisasi tanpa mengesampingkan kuliahnya. “saya pilih menjadi mahasiswa pilar bangsa!” ucap saya dalam hati. Saya bosan dengan Negara yang semakin lama semakin semrawut, saya capek melihat ketidak adilan dimana-mana, dan saya muak mengetahui bahwa dimana saja uang yang berkuasa. Sejak pertama menjadi mahasiswa jiwa nasionalisme saya memuncak dan saya berpikir bahwa saya harus mencari wadah yang tepat untuk menyalurkannya. Singkat cerita akhirnya caya memilih IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) sebagai wadah saya dalam berdakwah dan berjuang untuk kemajuan bangsa.
Dari IMM saya tahu mengapa kita perlu untuk memiliki idealisme yang tinggi. Mengapa kita selaku mahasiswa yang berjulukan pilar bangsa perlu untuk menjunjung tinggi ideologi dan memperjuangkannya. Pertanyaannya adalah “Ditengah hancurnya bangsa ini siapa lagi yang akan peduli selain kita?” Kita adalah kader bangsa, agen perubah bagi Negara. Siap mati demi merdeka seutuhnya dan siap mengorbankan tenaga, pikiran dan perasaan karna kita adalah sang pilar-pilar bangsa yang siap menopang Negara Indonesia demi terwujudnya ideologi bangsa.
Saya resah melihat pemerintahan Indonesia yang pejabat-pejabatnya memakai topeng kepalsuan. Apa yang harus saya lakukan sebagai mahasiswa untuk memberantas orang-orang keji dan bertopeng yang duduk dengan enaknya di singgasana itu? Idealisme tinggi saja tidak cukup. Saya hanya seorang mahasiswa baru yang belum mengerti banyak hal, saya bisa apa? Saya bisa apa? Apa yang akan saya lakukan dengan idealisme saya? Pertanyaan itu muncul dan terus menghantui pikiran saya.
Saya mencari-cari jawaban atas pertanyaan itu kemana-mana. Saya membaca buku, searching, dan saya juga berdiskusi dengan orang-orang yang saya anggap faham mengenai apa yang menjadi keresahan saya. Sempat terbesit dihati untuk menyerah dan sempat pula pesimis merajai pikiran. Namun pada akhirnya setelah berdiam diri memikirkan hal-hal tersebut saya menarik kesimpulan bahwa saya seorang mahasiswa baru sudah siap menjadi mahasiswa yang terbimbing oleh IMM dan berjuang bersama IMM menegakkan yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Saya seorang akademisi tentu saja dapat memberikan perubahan melalui tulisan saya, ucapa saya dan perbuatan saya. Dimulai dari hal kecil, dimulai dari diri sendiri, dan yang terpenting adalah dimulai dari sekarang untuk memberikan perubahan yang besar. Kita pegang teguh ideologi kita dan percayakan kepada sistem yang baik karena hakikatnya sistem dibuat untuk kebaikan, hanya saja orang yang menjalani sistem tersebut yang menyimpang dan membuat kita mengkambinghitamkan  sistem tersebut. Orang-orang bertopeng itu biarlah  dia menerima hukuman dari Allah SWT karna hanya Allah SWT-lah yang Maha Mengetahui dan Maha Adil dalam memberikan hukuman.
Keresahan yang menyelimuti pikiran saya sudah hilang, saya semakin mantap dalam berjuang berdkwah bersama IMM, kini setiap langkah yang saya ambil saya dedikasikan untuk bangsa dan agama.

Senin, 08 September 2014

Ketika cinta salah

Pandanganmu menghangatkan kalbu
Senyuman manis bahagiakan diriku
Terhanyut aku dalam cinta dan kasihsayangmu
Kuberikan senyuman terindahku hanya untumu
Kuberikan cinta putihku untukmu
Kuserahkan hati suciku hanya padamu

Sayang..
Begitu ku panggil dirimu
Cinta..
Begitu perasaanku kepadamu
Kita bersama torehkan bahagia
Kita berdua lukiskan cerita cinta
Kita, hanya kita saling terikat dalam kasih dan sayang
Denganmu kurasakan manis
Bersamamu pula ku rasakan pahit

Sayang..
Bahkan kau tak tahu seberapa dalam perasaanku padamu
Bahkan kau takkan mampu menghitung seberapa banyak cintaku padamu
Kau lah duniaku

Namun sayang..
Sadarkah engkau?
Bahwa cinta kita ini adalah cinta yang salah?
Bukankah lafadz akad belum terucap?
Bukankah tak seharusnya kita begini?
Cintaku kepadamu adalah sebuah kesalahan
Salah, karena melebihi cintaku kepada Rabbku..
Salah, karena melebihi cintaku kepada rasulku..
Salah, karena seharusnya kita bisa saling menyimpan perasaan ini
Hingga lafadz akad telah terucap
Hingga ikatan suci nan mulia telah terjalin

Sayang..
Izinkan aku simpan perasaan ini dalam diamku
Izinkan aku kubur cinta ini dalam indahya penantian
Izinkan aku menjadi fatimah untukmu
Sehingga aku dapat sepenuhnya persembahkan cintaku
Hanya pada Rabbku
Hingga saatnya nanti
Hingga aku siap engkau petik
Menjadi buah termanis dalam kehidupanmu
Menjadi perhiasan terindahmu
Menjadi penjaga kehormatan dan martabatmu
dan Menjadi pendamping hidupmu selamanya

Sayang..
Aku cinta engkau karna Rabbku..