Saya
tinggal di sebuah kota kecil yang indah dan asri, udara disana masih sangat
segar dan belum dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit. Saya diberi nama
yang sangat indah bagai bunga cantik yang sedang mekar dan siap untuk menebar keharuman
bagi sekitarnya, nama saya 'ro'. Saya adalah seorang anak yang dilahirkan
ditengah keluarga yang prestatif, ayah saya adalah seorang guru sekolah dasar
dikota kelahiran saya begitu pula ibu saya, beliau berjuang untuk mencari
nafkah sekaligus berjuang untuk memperbaiki kualitas pendidikan bangsa. Ayah
dan ibu saya tidak seperti kebanyakan guru (PNS) yang notabennya hidup enak,
tidak usah bersusah payah dalam pekerjaannya dan hanya tinggal duduk manis
menerima gaji tiap bulanya. Ayah dan ibu saya benar-benar menjalankan
profesinya sepenuh hati, tenaga dan pikirannya. “beginilah cara ayah dan ibu
menebus gaji agar rejekinya halal dan barokah” ucap ibu saya apabila saya
bertanya mengapa ibu bekerja begitu keras sampai tak jarang ibu masuk Rumah
Sakit. Saya mempunyai satu orang kakak dan satu orang adik, kakak saya bernama
Ramdhan ia adalah orang yang rajin, soleh dan optimis dia adalah sumber
inspirasi bagi saya. Adik saya bernama Nabila, ia seorang yang multi talenta
dan ia juga dianugerahi bakat yang luar biasa baik dalam bidang seni maupun
akademik sehingga tak heran apabila setengah dari banyak piala di rumah kami
beratasnamakan adik saya. Saya lahir diantara orang-orang yang luar biasa, saya
sendiri adalah orang yang biasa saja, otak pas-pasan, tampang biasa saja, bakat
pun rasanya tidak terlalu menonjol. Namun lagi dan lagi saya dituntut keadaan
agar saya bisa berprestasi seperti keluarga saya. Tuntutan itu lambat laun
menjadikan saya sebagai orang yang memiliki obsesi besar, sejak kecil saya bercita-cita
menjadi dokter. Saya belajar dengan giat, saya berdoa dengan sungguh-sungguh
namun ternyata Allah memiliki rencana indah yang lain dan menempatkan saya di
Fakultas Ilmu Kesehatan di sebuah Universitas swasta. Saat itu saya benar-benar
patah arang, saya masih saja tidak rela melepas cita-cita saya untuk menjadi
dokter, saya hanya diam mengurung dikamar dan menangis hingga kakak saya datang
dan berkata “adikku yang kakak cintai karena Allah, terkadang ketika kita
meminta kepada Allah untuk diberikan kupu-kupu yang cantik Allah memberikan
kita ulat yang menjiijikan,dan ketika kita meminta bunga yang indah Allah
memberikan kita kaktus yang berduri, namun sadarlah suatu saat ulat yang
menjijikan itu akan berubah menjadi kupu-kupu dan kaktus berduri itu suatu saat
akan memberikan bunga yang tak kalah indahnya, hanya saja kita perlu untuk
bersabar menunggu hal yang indah yang pasti Allah berikan karena Allah
memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan semata, kakak
percaya adek mampu bersabar dan tetap bersemangat menjalaninya”. Seketika itu
saya menangis, saya malu kepada Allah karna sempat meragukan kekuasaanNya dan
saya bertekad untuk tetap berjuang dan bersemangat mencari ridho-Nya.
Akhirnya
saya menjadi mahasiswa dan menjadi mahasiswa ternyata tak seperti yang saya
bayangkan, sangat berbeda sekali dengan di SMA dulu. Ada mahasiswa yang hanya
kuliah saja dan langsung pulang (mahasiswa kupu-kupu) dan ada juga mahasiswa
yang benar-benar menjadi pilar bangsa, mereka adalah orang yang berjuang dan
berdakwah di organisasi tanpa mengesampingkan kuliahnya. “saya pilih menjadi
mahasiswa pilar bangsa!” ucap saya dalam hati. Saya bosan dengan Negara yang
semakin lama semakin semrawut, saya capek melihat ketidak adilan dimana-mana,
dan saya muak mengetahui bahwa dimana saja uang yang berkuasa. Sejak pertama
menjadi mahasiswa jiwa nasionalisme saya memuncak dan saya berpikir bahwa saya
harus mencari wadah yang tepat untuk menyalurkannya. Singkat cerita akhirnya
caya memilih IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) sebagai wadah saya dalam
berdakwah dan berjuang untuk kemajuan bangsa.
Dari
IMM saya tahu mengapa kita perlu untuk memiliki idealisme yang tinggi. Mengapa kita
selaku mahasiswa yang berjulukan pilar bangsa perlu untuk menjunjung tinggi
ideologi dan memperjuangkannya. Pertanyaannya adalah “Ditengah hancurnya bangsa
ini siapa lagi yang akan peduli selain kita?” Kita adalah kader bangsa, agen
perubah bagi Negara. Siap mati demi merdeka seutuhnya dan siap mengorbankan
tenaga, pikiran dan perasaan karna kita adalah sang pilar-pilar bangsa yang
siap menopang Negara Indonesia demi terwujudnya ideologi bangsa.
Saya
resah melihat pemerintahan Indonesia yang pejabat-pejabatnya memakai topeng
kepalsuan. Apa yang harus saya lakukan sebagai mahasiswa untuk memberantas
orang-orang keji dan bertopeng yang duduk dengan enaknya di singgasana itu?
Idealisme tinggi saja tidak cukup. Saya hanya seorang mahasiswa baru yang belum
mengerti banyak hal, saya bisa apa? Saya bisa apa? Apa yang akan saya lakukan
dengan idealisme saya? Pertanyaan itu muncul dan terus menghantui pikiran saya.
Saya
mencari-cari jawaban atas pertanyaan itu kemana-mana. Saya membaca buku,
searching, dan saya juga berdiskusi dengan orang-orang yang saya anggap faham
mengenai apa yang menjadi keresahan saya. Sempat terbesit dihati untuk menyerah
dan sempat pula pesimis merajai pikiran. Namun pada akhirnya setelah berdiam
diri memikirkan hal-hal tersebut saya menarik kesimpulan bahwa saya seorang
mahasiswa baru sudah siap menjadi mahasiswa yang terbimbing oleh IMM dan
berjuang bersama IMM menegakkan yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar.
Saya seorang akademisi tentu saja dapat memberikan perubahan melalui tulisan
saya, ucapa saya dan perbuatan saya. Dimulai dari hal kecil, dimulai dari diri
sendiri, dan yang terpenting adalah dimulai dari sekarang untuk memberikan
perubahan yang besar. Kita pegang teguh ideologi kita dan percayakan kepada sistem
yang baik karena hakikatnya sistem dibuat untuk kebaikan, hanya saja orang yang
menjalani sistem tersebut yang menyimpang dan membuat kita mengkambinghitamkan sistem tersebut. Orang-orang bertopeng itu
biarlah dia menerima hukuman dari Allah
SWT karna hanya Allah SWT-lah yang Maha Mengetahui dan Maha Adil dalam
memberikan hukuman.
Keresahan
yang menyelimuti pikiran saya sudah hilang, saya semakin mantap dalam berjuang
berdkwah bersama IMM, kini setiap langkah yang saya ambil saya dedikasikan
untuk bangsa dan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar